Sejarah Masjid Agung Sumatera Barat Masjid- Agung Sumatera Barat memiliki sejarah yang bermula dari rancangan arsitektur karya arsitek Rizal Muslimin yang sukses keluar selaku pemenang lomba desain yang mengaitkan 323 arsitek dari bermacam negeri pada tahun 2007.
Dari sekian banyak Partisipan, 71 desain sukses lolos ke sesi nominasi serta dipilih oleh regu juri yang dipandu oleh tokoh sastra terkemuka Wisran Hadi. Pembangunan gedung ini direncanakan secara matang buat menahan gempa kokoh yang kerap terjalin di daerah Sumatera Barat.
Cocok desainnya, lingkungan bangunan ini hendak dilengkapi taman, halaman, tower, ruang serbaguna, sarana komersial, serta bangunan bonus buat keperluan pembelajaran.
Sejarah Masjid Agung Sumatera Barat
Masjid Raya Sumatera Barat menunjukkan arsitektur modern yang tidak sama dengan kubah. Atap bangunan memvisualisasikan wujud bentangan kain yang dipakai buat mengangkut batu Hajar Aswad.
Dikala 4 kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih komentar tentang siapa yang mempunyai hak alihkan batu Hajar Aswad ke tempat lebih dahulu sehabis revisi Ka’ bah, Nabi Muhammad hendak memutuskan menempatkan batu Hajar Aswad diatas selembar kain sampai dapat diusung bersama dengan oleh perwakilan dari masing- masing kabilah dengan memegang semasing sudut kain.
Ruangan berarti yang dipakai jadi tempat salat di lantai 2 merupakan ruangan yang terlepas. Lantai 2 dengan ketinggian 7 m. dapat dibuka langsung melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalur. Dengan luas 4. 430 m persegi, lantai 2 diprediksi bisa menaruh 5. 000–6. 000 jam.
Lantai 2 didukung oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1, 7 m. pada kedalaman 7, 7 m. Dengan kondisi topografi yang masih pula dalam keadaan rawa, kedalaman masing- masing fondasinya tidak dibanderol karena sesuaikan titik jemu tanah. Menimpa lantai 3 berupa mezanin berbentuk huruf U memiliki luas 1. 832 m persegi.
Masjid Agung Sumatera Barat
Lukisan di Pasar Raya Padang yang menunjukkan Masjid Raya Sumbar sudah jadi simbol serta energi tarik wisata di Sumatera Barat.
Konstruksi rangka atap memakai pipa baja, beban vertikal atap disalurkan lewat 4 kolom beton miring berdimensi besar 47 m, serta 2 balok beton melengkung menghadap kolom miring secara diagonal.
Tiap- tiap tiang miring ditancapkan ke dalam tanah sedalam 21 m, dengan pondasi terdiri dari dekat 24 titik borpile berdiameter 80 centimeter. Konstruksi kolom miring mengaitkan proses pengecoran 13 langkah sepanjang 108 hari, membenarkan titik koordinasi yang pas.
Masjid Raya Sumatera Barat dikelola dengan struktur organisasi formal, dengan Keputusan Gubernur yang menetapkan pejabat pengelolanya. Regu pengurusnya dibagi atas pejabat Pemprov yang dipandu Sekretaris Wilayah Ali Asmar. Inilah sejarah Masjid Raya Sumatera Barat.